Rabu, 07 Desember 2011

UNGGAH_UNGGUH BAHASA JAWA


Assalamualaikum,,


Unggah-ungguh artinya sopan santun. unggah-ungguh bahasa Jawa berarti sopan-santun dalam berbahasa Jawa. Unggah-ungguh ini slalu berkaitan dengan bahasa Jawa ragam Ngoko dan Krama. Ada beberapa sumber yang menyebutkan jenis-jenis ragam bahasa Jawa. Namun pada zaman sekarang yang lebih diutamakan adalah ragam ngoko dan ragam krama. Ragam Madya kurang diperhatikan karena mengingat bahwa bahasa itu digunakan oleh orang desa, dan merupakan ragam yang tidak baku. Contoh ragam bahasa Jawa Madya adalah "tanglet". Bahasa Jawa ngoko dari itu adalah takon, sedangkan ragam krama nya adalah "nyuwun pirsa" dan krama inggilnya/ krama alus adalah "mundhut pirsa". Ragam ngoko madya atau krama madya adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk desa dan orang-orang di pasar.


Kalimat berbahasa Jawa ragam Ngoko terdiri dari kalimat beragam ngoko lugu dan ngoko alus. Ngoko lugu adalah ragam ngoko yang kata-katanya mutlak berbahasa ngoko lugu, tidak ada kata-kata yang ditujukan untuk menghormati orang lain. Contoh : "Kowe durung adus Pak?"

Kalimat berbahasa Jawa ragam Ngoko alus adalah kalimat yang didalamnya berbahasa jawa ngoko, tetapi ada kata-kata yang ditujukan untuk menghormati orang lain, dengan menggunakan kata yang berbahasa Jawa krama. Contoh : "Bapak durung sare." (Sare = kata berbahasa Jawa krama alus/inggil)


Kalimat berbahasa Jawa ragam Krama lugu : adalah kalimat yang didalamnya terdiri dari kata-kata berbahasa Jawa krama, kalimat ini biasanya digunakan untuk membahasakan diri sendiri. Terdiri dari kata-kata berbahasa Jawa krama.
Contoh " Kula dereng tilem."


Kalimat berbahasa Jawa ragam Krama Alus : adalah kalimat yang didalamnya terdiri dari kata-kata krama. Di dalamnya terdapat kata yang ditujukan untuk menghormati orang lain, di mana kata itu merupakan kata yang termasuk kata krama alus/inggil. Contoh : " Panjenengan wungu tabuh pinten?"


Pada zaman sekarang, murid-murid atau anak muda sulit untuk menerapkan unggah-ungguh bahasa Jawa dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Perkembangan zaman dan teknologi, sehingga bahasa yang digunakan pada zaman dahulu kurang relevan dengan kata-kata baru yang muncul pada zaman sekarang;
2) teladan orang tua yang kurang atau bahkan tidak pernah mengajarkan bahasa Jawa kepada anaknya;
3) kurangnya minat belajar anak pada pelajaran bahasa Jawa karena sulitnya ajaran atau pelajaran bahasa Jawa akibat malas atau kurangnya fasilitas, atau bantuan dari orang tua atau teman-temannya;
4) Pembelajaran bahasa Jawa yang kurang menyenangkan bahkan membosankan, sehingga murid tidak semangat untuk belajar bahasa Jawa
5) kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, untuk mensukseskan pembelajaran bahasa Jawa di Jawa,,,

Sekian,, wassalamualikum,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar